Beranda | Artikel
Bab Larangan Membangga-Banggakan Diri dan Melampaui Batas
Rabu, 12 Juni 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim

Bab Larangan Membangga-Banggakan Diri dan Melampaui Batas adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 27 Dzulqa’dah 1445 H / 4 Juni 2024 M.

Kajian Tentang Bab Berkhianat dan Membatalkan Janji

Kita masih pada bab larangan dari sikap membangga-banggakan diri dan sikap melampaui batas atau berbuat zalim kepada orang lain. Hadits yang telah kita bahas adalah hadits pertama dari bab ini, yaitu hadits ‘Iyadh bin Himar Radhiyallahu ‘Anhu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

إنَّ اللهَ تَعَالَى أوْحَى إلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لا يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أحَدٍ، وَلاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أحَدٍ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati sehingga tidak ada seorang pun yang bersikap melampaui batas kepada orang lain, dan tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya atas yang lainnya.” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan kepada Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam. Allah memerintahkan kepada beliau untuk menyampaikan kepada umat agar bersikap tawadhu (rendah hati), karena dengan sikap tawadhu dan rendah hati ini, maka seorang tidak akan mendzalimi saudaranya. Maka hendaknya seorang mukmin memiliki sifat rendah hati.

Rendah hati ini sebagai penawar dari kedzaliman. Jika seorang tidak rendah hati, dia takabur, sombong, dan angkuh, maka dia akan melampaui batas terhadap orang lain. Tetapi ketika dia memiliki sifat tawadhu, maka dia tidak akan mendzalimi orang lain. Ini satu arahan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Dan janganlah seorang membanggakan dirinya atas orang lain. Apa yang perlu dibanggakan? Manusia ini penuh dengan kekurangan, khilaf, kesalahan dan kelemahan. Makanya Rasul ‘Alaihish Shalatu was Salam melarang orang membanggakan dirinya atas orang lain. Apalagi yang menunjukkan kemuliaan seorang hamba adalah ketakwaannya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

…إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ…

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah di antara kamu sekalian adalah yang paling bertakwa kepada Allah.” (QS. Al-Hujurat[49]: 13)

Maka hal-hal yang dibanggakan selain ketakwaan adalah tidak dibenarkan. Misalnya orang bangga dengan keturunan dan hartanya, padahal harta tidak akan mengekalkan dia di dunia ini, harta juga tidak akan menjadi penyelamat baginya di akhirat kelak, kecuali harta yang dimanfaatkan di jalan Allah. Demikian pula keturunan. Keturunan yang dibanggakan tidak akan bisa menolong di hari kiamat kelak, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim. Kata beliau ‘Alaihish Shalatu was Salam,

مَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بهِ نَسَبُهُ

“Siapa yang diperlambat (masuk surga) oleh amalnya, maka dia tidak bisa dipercepat dengan keturunannya.” (HR. Muslim)

Jadi, janganlah membanggakan diri. Seorang mukmin berupaya untuk tawadhu, rendah hati, menghormati orang lain, menghargai orang lain, tidak merasa diri lebih dari yang lain. Ini arahan dari Rasul ‘Alaihish Shalatu was Salam kepada kita.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54223-bab-larangan-membangga-banggakan-diri-dan-melampaui-batas/